Dalam
 kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar, secara 
langsung maupun tidak langsung kita telah menyaksikan atau melakukan 
yakni terlibat dalam apa yang kita sebut dengan premanisme. Premanisme 
dapat diartikan suatu paham yang berkembang dalam masyarakat tentang 
suatu tindakan tertentu yang mengakibatkan kerugian pada orang atau 
pihak atau kelompok lain.
Setiap
 individu dalam kehidupannya mempunyai kepentingan dan tujuan tertentu 
yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. 
Sehingga dengan sifat dan karakteristik setiap individu yang 
berbeda-beda, tentunya akan mempunyai potensi yang besar pula apabila 
diwujudkan kedalam suatu kepentingan dan tujuan bersama atau kelompok.
      Dalam
 kehidupan suatu kelompok, sudah tentu tidak terlepas dari adanya 
perilaku setiap individu yang tidak sasuai fitrahnya sebagai manusia. 
Akan tetapi, justru dibalik perbedaan itu tersimpan suatu kekuatan yang 
besar ketika terakumulasi ke dalam kelompok. Setelah setiap individu 
masuk ke dalam kepentingan dan tujuan kelompok, maka perilaku mereka 
akan menjadi perilaku kelompok untuk kebersamaan.
Begitupun
 premanisme. Premanisme merupakan suatu tindakan yang memiliki tujuan 
tertentu namun terorganisir, karena kelompok ini berada bukan di 
desa-desa akan tetapi berada di kota-kota besar. Premanisme merupakan 
wadah pengatasnamaan jati diri dari orang-orang yang menamakan dirinya 
preman.
      Preman,
 dalam kelompoknya mempunyai kekuatan yang terorganisir, mulai dari 
komando ketua, tugas dan peran anggota sampai hubungan antar kelompok. 
Sudah barang tentu antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain 
akan saling bersaing demi kelangsungan hidup kelompoknya
 
Ada beberapa teori yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pembentukan kelompok, diantaranya :
1. Teori Kedekatan (Propinquity)
Teori
 yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini ialah menjelaskan 
tentang adanya afiliasi diantara orang-orang tertentu. Arti teori 
kedekatan ini ialah bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain 
disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya (spatial and  
geographical proximity)
2. Teori Interaksi (George Homans)
Hasil-hasil
 riset kurang mencoba menganalisis tentang kekomplekan dari pembentukan 
kelompok sehingga memerlukan eksplorasi lebih lanjut.    Teori 
pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang 
berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada 
aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan
 atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain berhubungan secara langsung
 dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
 Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang 
lain, semakin beraneka interaksi-interaksinya dan juga semakin kuat 
tumbuhnya sentimen-sentimen mereka.
b.
 Semakin banyak interaksi-interaksi diantara orang-orang, maka semakin 
banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada
 orang lain.
c.
 Semakin banyak aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada 
orang lain dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang 
lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan 
interaksi-interaksi.
Pada umumnya teori-teori tersebut saling melengkapi, karena teori yang satu menerangkan isi yang berbeda dari teori yang lain.
3. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb)
Salah
 satu teori yang agak menyeluruh (comprehensive) penjelasannya tentang 
pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group
 formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini 
menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain adalah didasarkan 
atas kesamaan sikap didalam menangapi sesuatu tujuan.
4. Teori Pertukaran
Teori
 lain yang sekarang ini mendapat perhatian betapa pentingnya didalam 
memahami terbentuknya kelompok ialah teori pertukaran (exchange theory).
 Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. 
Teori propinquity, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan 
didalam teori pertukaran ini.
       Teori
 lain dari pembentukkan kelompok adalah didasarkan atas alasan-alasan 
praktis (practicalities of group formation). Yang teramat penting dalam 
memahami pembentukan kelompok berdasarkan alasan-alasan praktis ini 
diantaranya kelompok-kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap
 kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang 
mengelompok tersebut.
Karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok antara lain :
a. adanya dua orang atau lebih.
b. yang berinteraksi satu sama lain
c. yang saling membagi beberapa tujuan yang sama
d. dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.
        Dalam
 kehidupan sehari-hari, preman merupakan kelompok yang selalu 
terpinggirkan atau tersisihkan. Mereka terabaikan dari kehidupan 
bermasyarakat pada umumnya. Namun yang harus kita ketahui bahwa aksi 
premanisme tidak dilakukan begitu saja, dalam hal ini ada beberapa 
faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya faktor keluarga, lingkungan, 
himpitan ekonomi, latar belakang pendidikan dan lain-lain.
Preman
 cenderung melakukan kekerasan dalam menjalankan aksinya. Dalam hal 
kekerasan, sudah barang tentu ada pihak yang merasa dirugikan, baik 
secara jasmani maupun rohani. Mereka yang sudah mengecap label 
premanisme, pastinya akan berpengaruh pada sikap dan tindakan yang 
mereka ambil. 
        Sudah
 menjadi bagian dari kehidupan, bahwa mereka yang sudah diberi label 
suka melakukan kekerasan dan kejahatan, pastinya cenderung 
mempertahankan label yang diberikan itu demi mempertunjukkan jati diri 
mereka. Meskipun banyak halangan yang mereka temui, baik itu dari 
keluarga, lingkungan dan agama, mereka tetap akan mempertahankan label 
yang sudah terlanjur diberikan kepada mereka. (FRANK TINEMBAUM : 
penggagas utama teori labeling)
     Secara
 garis besar, Premanisme Dalam Perspektif Kriminologi dapat diartikan 
Kejahatan Dapat dipengaruhi Oleh Keadaan. Mengapa demikian?
Memang
 sudah seperti itu, apabila kita lihat hanya dari pendekatan “niat”, 
maka kita akan menemui contoh seorang pencopet yang apabila dia sedang 
berada di dalam kantor polisi ataupun di dalam barak tentara, maka 
meskipun ada niat namun situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Contoh 
lain, seorang santri yang notabenenya hampir setiap malam melakukan 
tadarus maupun zikir malam, disitu kesempatan ada namun niat takkan 
muncul karena situasi dan kondisi yang menempa dan menggembleng mereka 
sehingga membuat mereka susah untuk berfikir kesana.
PERSIB BANDUNG PUNYA PELATIH BARU, ROBERTO CARLOS MARIO GOMEZ
BalasHapusbang izin pake buat bahan tugas ya bang
BalasHapus